Langsung ke konten utama

Kisah Rasulullah SAW


Ada seorang pengemis buta di sudut pasar Madinah. Pengemis Yahudi tersebut merasa jijik dan muak bila mendengar orang menyebut nama Muhammad. Bahkan, ia menuduh Nabi Muhammad sebagai tukang sihir dan pembohong besar. Pengemis itu sering berkata bahwa siapa pun mesti mewaspadai sosok bernama Muhammad.


Baca artikel detikhikmah, "Kisah Kesabaran Rasulullah dan Pengemis Buta yang Membencinya" selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-6373312/kisah-kesabaran-rasulullah-dan-pengemis-buta-yang-membencinya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/ 


Rasulullah SAW sama sekali tak membenci dan dendam kepadanya. Beliau hanya tersenyum dan selalu bersikap lembut terhadapnya. Nabi juga rela meluangkan waktu setiap pagi untuk menyuapkan makanan kepada pengemis buta tersebut.

Kebiasaan tersebut terus berlanjut, dan si pengemis itu tidak tahu bahwa yang menyuapinya makanan setiap hari ialah Nabi Muhammad, orang yang ia benci.

Setelah Rasulullah wafat, tak ada yang datang menyuapkan makanan kepada si pengemis buta tersebut. Selang beberapa waktu, Abu Bakar bin Shiddiq menggantikan kebiasaan Nabi tersebut. berkat informasi yang diberikan oleh Aisyah RA.

Sesampainya di sana, Abu Bakar ditegur oleh si pengemis tersebut, "Siapakah Engkau?". Abu Bakar menjawab, "Aku orang yang biasa".

Pengemis itu berkata lagi, "Bukan. Pasti engkau bukan orang yang biasa mendatangiku. Apabila ia datang, tak usah tangan ini memegang dan tak usah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku. Dan, ia terlebih dahulu dihaluskan makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku".

Mendengar ucapan si pengemis, Abu Bakar menangis dan berkata, "Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku merupakan salah satu sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia merupakan Nabi Muhammad, Rasulullah SAW".

Seketika, si pengemis pun menangis mendengar penjelasan dari Abu Bakar. Dan ia berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikit pun, ia mendatangiku dengan membawa makanan tiap pagi, ia begitu mulia".

Orang yang membenci Nabi SAW itu lantas bersyahadat di hadapan Abu Bakar RA.

Kisah di atas mencerminkan sikap Rasul dalam menghadapi orang lain yang menentangnya. Ia selalu bersikap ramah, baik hati, lembut, tak dendam, tak pula membenci.

Umat muslim pada zaman Rasulullah meneladani sifat tersebut, sehingga terpancar keramahan dan kelembutan pada wajah mereka. Itulah salah satu faktor ketertarikan banyak orang kafir Quraisy kepada agama Islam.



Baca artikel detikhikmah, "Kisah Kesabaran Rasulullah dan Pengemis Buta yang Membencinya" selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-6373312/kisah-kesabaran-rasulullah-dan-pengemis-buta-yang-membencinya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Aku

Dalam langkah kecil yang berani, Ku jejakkan harapan di atas bumi, Matahari menyapa dengan sinar hangat, Menceritakan kisah yang tak pernah padat. Di balik senyum, ada cerita tersimpan, Tentang mimpi yang takkan pudar, Rindu yang menggelora di setiap detakan, Langit yang luas, aku ingin terbang tinggi, meraih bintang. Kadang gelap, kadang cerah, Hidupku adalah lukisan warna-warni, Dengan tinta perjuangan dan tawa, Aku ukir setiap detik, menjadikannya berharga. Setiap goresan waktu membentuk diri, Dalam perjalanan yang penuh arti, Aku adalah aku, utuh dan bebas, Menari dalam ritme hati, tanpa batas. 

Cerita Kancil dan Buaya

  Pada suatu hari, Kancil menyeberangi sungai untuk pergi ke hutan guna mencari makan. Setelah Kancil kenyang, tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebat hingga membuat sungai banjir. Kancil yang tak bisa menyebrangi sungai lantas meminta bantuan pada Buaya yang berada di tepi sungai. Kancil menawarkan kesepakatan menjadi sahabat sehati sejiwa jika Buaya membantu Kancil menyeberangi sungai. Buaya tak langsung percaya pada tawaran Kancil tersebut. Buaya yang merasa ragu, bertanya kembali apa hubungan mereka jika Buaya membantu Kancil. Kancil konsisten dengan jawaban bahwa mereka akan menjadi sahabat sehati sejiwa. Jawaban Kancil yang konsisten lantas membuat Buaya setuju dan membawa Kancil menyeberangi sungai di atas punggungnya. Selama perjalanan, Buaya beberapa kali bertanya apa hubungan mereka. Kancil pun selalu menjawab bahwa mereka sahabat sehati sejiwa.